Jtoku: Dari Jogja untuk Indonesia, Dari Indonesia untuk Dunia
Jtoku
pengen berkarya melalui seni desain dan film, dengan menciptakan
karakter asli ciptaan anak Indonesia. Saat ini Jtoku membuat web series -
sebutan untuk serial original yang hadir di media online - sekaligus
menciptakan karakter yang muncul di cerita tersebut mulai dari nol.
Kalau
nanya sama anak-anak sekarang, rata-rata kebanyakan dari mereka pengen
banget kuliah atau kerja di luar negeri. Alasannya karena di sini ngga
ada peluang, banyak masalah, ngga keren, ngga kece, dan sebagainya.
Padahal sebenernya, Indonesia itu negerinya peluang. Justru kalau banyak
masalah mestinya banyak peluang untuk menyelesaikan masalah. Misalnya,
dengan berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan untuk memecahkan
masalah pengangguran.
Lain halnya dengan Nawa, seorang pemuda Jogja yang punya background
seni. Ngga seperti anak muda lainnya yang pengen kerja keluar negeri,
ia malah mendirikan sebuah perusahaan sendiri bernama Jtoku, yang
berarti Jogja Tokusatsu. Kata Tokusatsu sendiri berasal dari bahasa
Jepang yang artinya special effect.
Nawa
membangun Jtoku bersama partnernya Nidi, di mana Jtoku memiliki misi
untuk mendidik generasi bangsa dalam membangun imajinasi melalui fiksi
ilmiah dan semangat superhero Indonesia. Wih, maksudnya gimana tuh?
Kalau menurut mereka, Jtoku pengen berkarya melalui seni desain dan
film, dengan menciptakan karakter asli ciptaan anak Indonesia. Saat ini
Jtoku membuat web series -sebutan untuk serial original yang
hadir di media online- sekaligus menciptakan karakter yang muncul di
cerita tersebut mulai dari nol.
Jtoku
sendiri hadir karena para pendirinya prihatin dengan hiburan anak-anak
di Indonesia yang kurang mendidik. Daripada orang lain yang cuma sibuk
nyindir dan ngeledekin industri hiburan, mending sekalian bikin sesuatu
kan!
Karyawan
Jtoku yang saat ini berjumlah 15 orang membuat berbagai hal mulai ide
karakter, kostum, ide cerita, hingga produksi kostum karakter dan
filmnya. Nawa yang talented dan serba bisa membagikan ilmunya ke
karyawan Jtoku, bagaimana menjadi sutradara, ilustrator, visualizer, art director,
sampe koreografer. Ia tidak mempermasalahkan latar belakang mereka,
ngga mesti ngerti art atau bisa bikin film, yang penting mereka open minded dan punya visi yang sama.
Jtoku
dengan serius mengusung semangat nasionalisme. Mereka mendalami legenda
lokal, seperti Gatotkaca. Setelah itu mereka makin semangat memadukan
cerita lokal dengan karya mereka. Nggak cuma sampe di situ, Jtoku juga
bikin aturan kalo syuting buat film-film Jtoku harus di Jogja dan
sekitarnya. Awalnya, Nawa heran dengan produksi TV-TV yang maksa ke
Jakarta sementara tempatnya juga terbatas. Jogja sendiri, menurut Nawa,
udah kayak miniatur Indonesia. Semuanya lengkap. Mau nyari gunung,
pantai, sampe tempat bersejarah semua ada.
Ini dia salah satu video Jtoku waktu dalam rangka Hari Pahlawan kemarin.
http://www.youtube.com/watch?list=PLE018C285AA6C05D5&feature=player_embedded&v=rFEHrAcg4Dc
“Kita
di Jtoku, punya cita-cita menaikkan popularitas Jogja. Kita tau kota
kecil ini bisa memberikan banyak! Mulai dari lokasi syuting sampai
material-nya, kalau bisa semua yang Jogja punya,” begitu Nidi, co-founder Jtoku ini bercerita. “Kecuali kalo terpaksa banget sih. Kira-kira cuma 5% yang ambil dari luar,” sambungnya.
“Jtoku
punya tagline Dari Jogja untuk Indonesia, Dari Indonesia untuk Dunia,
dan ini nggak akan jadi gombal semata,” cerita Nidi.
Ngga
berhenti bikin produk lokal, karya Jtoku bahkan sampai dilirik
orang-orang TV hingga mereka ditawarin kerja di negara tetangga. Tapi
mereka menolak dan memutuskan untuk berdiri sendiri, dan berkomitmen
untuk terus menciptakan karya yang berkualitas.
Produk-produk
mereka beneran terekspor ke luar, lho! Bahkan dipake buat produksi
film, satu film di Inggris, dan dua film di Amerika. Coba bayangin,
sementara film-film kita hobinya pake produk luar negeri dan beli
properti buat syuting dari luar negeri, orang luar aja ada yang pake
produk lokal buatan anak Indonesia.
Mereka
pun ngga lantas sombong. Jtoku tetap berkontribusi buat bangsa, salah
satunya dengan cara mendatangi SMK-SMK buat buka lowongan. Beberapa
karyawan Jtoku adalah lulusan SMK yang jadi makin terlatih dengan
bekerja. Intinya, Jtoku mau mengangkat talent lokal yang berpotensi
untuk terus berkarya.
Wajar
dong, kalo Jogja juga cinta sama Jtoku. Perusahaan yang berdiri tahun
2005 ini sekarang jadi simbol kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, tempat
di mana mereka berdomisili. Mereka dianggap sebagai wirausahawan kreatif
yang mengangkat kampung wisata. Workshop mereka terbuka dikunjungi
siapa aja, baik cuma mau sekadar liat-liat, atau nanya-nanya sama
mereka. Di workshop tersebut juga terpajang hasil karya mereka yang
keren-keren.
Kalau
emang bangga sama Indonesia, jangan cuma ngomong. Tunjukin dengan
konsisten bikin karya-karya yang berkualitas kayak Jtoku ini!
Sumber:http://ziliun.com/id/articles/jtoku-dari-jogja-untuk-indonesia-dari-indonesia-untuk-dunia
0 comments:
Post a Comment