Pages

Tuesday, May 20, 2014

Doktrin Taskhir Dalam Penciptaan Alam Semesta



1.PENDAHULUAN

Latar belakang
Alam semesta adalah proses ketiadaan menjadi ada dan pada waktu yang telah ditentukan akan hancur/musnah. Di antaranya adalah  penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak semuanya diketahui manusia.
            Semua yang ada pada alam semesta ini,tentu ada yang membuat dan mengaturnya yaitu allah SWT.untuk itu dalam pembuatan makalah kali ini kami akan membahas tentang Doktrin Taskhir Dalam Pencitaan Alam semesta serta Peranan Sains Dalam Mengenal Tuhan tujuannya yaitu supaya terbentuknya rasa syukur didalam diri manusia itu sendiri.












2.PEMBAHASAN
1.Doktrin Taskhir Dalam Penciptaan Alam Semesta
Kata taskhir berasal dari kata sakhkhara yang berarti menundukan.Dalam al qur’an sering kali disebutkan kata sakhkhara dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa segala ciptaan allah dilangit dan di bumi ditundukkan untuk mengikuti system”sunnatullah” yang telah allah tetapkan.Kerapian alam semesta yang demikian mengagumkan ini,menunjukkan bahwa segala sesuatu dialam ini telah allah tundukkan.
Beberapa bukti keharusan taskhir adalah:
1.      Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,kemudian ia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi reski untukmu,disini ditegaskan bahwa langit yang demikian agung ini,ditegakkan tanpa tiang,serta bumi dengan segala isinya,semuanya tidak lain adalah reski bagi manusia.
2.      Allah telah tundukan kendraan manusia di lautan.”dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendaknya”.benar manusia dengan kemampuannya bisa membuat bahtera,tetapi bahtera tersebut allah lah yang menundukkannya sehingga ia bisa terapung,bila allah berkehendak untuk menenggelamkannya tentu bahtera itu akan tenggelam.
3.      Sungai-sungai juga allah tundukkan,”dan telah menunduk pula bagimu sungai-sunai”,dan batu-batu bila allah berkehendak memancarlah air sungai di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanyan”(al-baqarah:74).
4.      Allah juga menundukkan matahari dan bulan,”dan dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar”.matahari dan bulan tersebut berputar pada porosnya,begitu juga galaksi yang lain yang jumlahnya jutaan bahkan miliaran.jika semua itu allah tidak tundukkan niscaya kehidupan di bumi sudah berakhir bahkan mungkin tidak ada sama sekali,hanya sayangnya manusia selalu melalaikan hakikat ini.
5.      Allah juga tundukkan siang dan malam,”dan telah menunduk bagimu malam dan siang”.dengan adanya siang dan malam manusia bisa menjalani hidup ini dengan seimbang,seandainya hidup ini siang saja atau malam saja,bisa dipastikan manusia akan stress,karena manusia selalu menginginkan perubahan,ia tidak bisa hidup di satu titik saja.
a.Teori Penciptaan Alam Semesta
1.      Steady state: kerapatan jagat raya adalah tetap/tidak berubah.galaksi baru yang tercipta akan membuat jagat raya tampak sama tidak hanya dari tempat yang berbeda tapi juga sepanjang masa.
2.      Unsteady state(big bang):setiap galaksi bergerak saling menjauhi sehingga kerapatan jagat raya lebih besar.Menurut kosmologi big bang system tata surya kita terbentuk 5 milyar tahun yang lalu,bintang-bintang tertua diduga terbentuk 10 milyar tahun yang lalu.
     b. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta


Penciptaan manusia dan alam semesta termasuk salah satu isu sentral dalam bahasan pemikiran keagamaan. Orientasi Penciptaan alam semesta termasuk kajian penting dalam bidang sains yang bersifat empiris. Setidaknya ada tiga pertanyaan “besar” dalam mengkaji “Manusia dan Alam Semesta 

Pertanyaan tentang manusia:
  • Apa manusia itu ?
  • Bagaimana manusia itu?
  • Kenapa manusia itu bertindak demikian ?
Pertanyaan tentang alam semesta (universe):
  • Apa alam semesta itu ?
  • Bagaimana alam semesta itu ?
  • Kenapa alam semesta itu demikian ?

1. Hakikat Manusia

a. Persepsi Tentang Manusia.

Konsep manusia dalam Islam termaktub dalam alqur’an dan hadits. Manusia diciptakan Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang tersimpan dalam tempat yang kokoh. Nufhfah dijadikan darah beku, darah beku jadi, mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut dengan daging, sehingga menjadi makhluk lain. Dalam hadits Bukhari-Muslim mengartikulasikan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari darah beku dan 40 hari mudghah.

b. Siapakah Manusia ?

Ada beberapa terminologi untuk mengungkapkan kodrat manusia : al-Insan, an-naas,  al-ins. Kata Insan berasal dari akar kata uns artinya jinak, harmonis dan nampak). Insan yang yang berasal dari kata nasiya, artinya lupa. Insan yang berasal dari kata nasa artinya berguncang.

Deskripsi Al-Quran Tentang Manusia

a. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur materi dan immateri. Unsur materi manusia seperti air, tanah, debu, tanah liat, sari pati tanah, sari pati air yang hina, tanah hitam seperti tembikar. Dari berbagai perspektif ayat tersebut dapat dipahami bahwa unsur materi yang menjadi asal kejadian manusia adalah dua unsur yaitu tanah dan air.

b. Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi dan ruhani.
c. Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan keimanan (tauhid).
d. Manusia dibekali dengan berbagai kelebihan.
e. Manusia memiliki kelemahan-kelemahan.


c. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan fungsional antara manusia dan alam semesta adalah untuk menciptakan sinergi bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Untuk itu, alam semesta diciptakan Allah bukan dengan main-main dan tanpa tujuan. Karena manusia merupakan satu sub sistem dengan alam semesta sebagai satu tujuan dan orientasi. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah. Ibadah berasal dari bahasa Arab, al-‘ibadah (yang menundukkan atau merendahkan diri). Hakikat ‘ibadah, terkandung 2 makna : al-‘ubudiyyah Lillah di dalam jiwa. semua aktivitas hidup manusia hanya berorientasi kepada Allah.


Alam semesta ( universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”.

Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk bertanya dan berfikir.

a. Istilah Alam dalam Al-Quran

1. Istilah alam

Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe (inggris), dalam bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran tersebut mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Bagi kaum teolog, mendefenisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”. Bagi filosof Islam, alam didefenisikan sebagai “ kumpulan maddat(materi) dan shurat (bentuk) yang ada di bumi dan di langit. Sedangkan perspektif al-qur’an alam adalah “ kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk berakal.

Pemikiran Muhammad Abduh tentang alam sebagai berikut:

“Al-Alamin adalah jamak dari ‘alam yakni jamak muzakkar yang berakal. Yaitu setipa makhluk Tuhan yang berakal atau mendekati sifat-sifat berakal; seperti alam manusia, hewan dan tumbuhan”.

Sepertinya, kriteria al-‘alamin yang dipaparkan Abduh tersebut dapat diterima , karena memang pendidikan dan pemeliharaan Tuhan dapat di nalar pada ‘alam yang hidup, makan dan berkembang.

2. Tujuan memahami alam

Dalam al-qur’an terdapat penjelasan tentang alam semesta dan berbagai fenomenanya secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat. Secara umum ayat-ayat ini memerintahkan manusia untuk memperhatikan, mempelajari dan meneliti alam semesta. Dalam artian, al-quran bukanlah ensiklopedi kealaman. Salah satu tujuannya secara eksplisit adalah bagaimana manusia menyadari bahwa di balik “tirai” alam ini ada zat yang maha besar yaitu Allah SWT.

Bagi Muhammad Abduh, sebagaimana dituturkan dalam bukunya Risalah al-Tauhid, berikut ini:

“Cobalah amati tumbuh-tumbuhan dan binatang yang lengkap kekuatan dan kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Amati pula alam yang tidak mempunyai panca indera seperti tumbuh-tumbuhan yang mampu menghirup makanan yang sesuai baginya. Coba perhatikan bagaimana mungkin biji labu air yang ditanam di samping biji semangka pada kebun yang sama, di sirami dengan air yang sama. Akan tetapi bisa berbeda rasa yaitu pahit dan manis”.

3. Cara-cara memahami alam

Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara memahami alam raya ini dapat dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium dan peraba. Artinya, semua alat utama ini dapat membantu manusia untuk melakukan pengamatan dan eksperimen. Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi dibutuhkan lagi yaitu penalaran atau akal. Di samping alat indera dan akal manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu dan ilham.

Agaknya, diagnosa A.rahman Djay dapat dibenarkan ketika ia mengatakan bahwa : “Penyebab kemunduran umat Islam, karena orang Islam tidak menempatkan porsi ilmu sesuai bidangnya, seperti fenomena alam tidak ditempatkan pada bidang kajian sains dan tekhnologi.”


Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab suci ini juga tidak dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan lekang dimakan pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang pun, saat ilmu pengetahuan berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab tantangan sains modern.

Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern. Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis dan Immanue Kant dari Jerman.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaVhIJKxdUq4HuEWMWsfA9ePFxmflClJ024TWbKa4n5_UDfGkFIl-E3TX5jHgF_gnPxqvSB_0Czh-EwebjbaTMuiih5EO4epuQsutOg6nbB6TZUmNmSou7rAs2_x6zwrfBWOY-PzS5Xj6Y/s1600/galaxy11_468x468.jpg

Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Teori alam semesta ini berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat Fushillat ayat 9-12.

Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di atas, yaitu:
1.       Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan (ratg) lalu mengalami proses pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini, bahwa fatg dalam bahasa Arab artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
2.       Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos.
3.       Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap.
Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya.
Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan sedikit helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar tahun yang lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat besar dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari. Sedangkan besarnya matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.




           

         


 



0 comments: