1.PENDAHULUAN
Latar belakang
Alam semesta adalah proses ketiadaan menjadi ada dan pada
waktu yang telah ditentukan akan hancur/musnah. Di antaranya adalah penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi
dan proses-proses lain yang tak semuanya diketahui manusia.
Semua yang ada pada alam semesta ini,tentu ada yang
membuat dan mengaturnya yaitu allah SWT.untuk itu dalam pembuatan makalah kali
ini kami akan membahas tentang Doktrin Taskhir Dalam Pencitaan Alam semesta
serta Peranan Sains Dalam Mengenal Tuhan tujuannya yaitu supaya terbentuknya
rasa syukur didalam diri manusia itu sendiri.
2.PEMBAHASAN
1.Doktrin Taskhir Dalam Penciptaan Alam Semesta
Kata taskhir berasal dari
kata sakhkhara yang berarti menundukan.Dalam al qur’an sering kali disebutkan
kata sakhkhara dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa segala ciptaan allah
dilangit dan di bumi ditundukkan untuk mengikuti system”sunnatullah” yang telah
allah tetapkan.Kerapian alam semesta yang demikian mengagumkan ini,menunjukkan
bahwa segala sesuatu dialam ini telah allah tundukkan.
Beberapa
bukti keharusan taskhir adalah:
1. Allah lah yang telah menciptakan langit dan
bumi dan menurunkan air hujan dari langit,kemudian ia mengeluarkan dengan air
hujan itu berbagai buah-buahan menjadi reski untukmu,disini ditegaskan bahwa
langit yang demikian agung ini,ditegakkan tanpa tiang,serta bumi dengan segala
isinya,semuanya tidak lain adalah reski bagi manusia.
2. Allah telah tundukan kendraan manusia di lautan.”dia
telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan
kehendaknya”.benar manusia dengan kemampuannya bisa membuat bahtera,tetapi
bahtera tersebut allah lah yang menundukkannya sehingga ia bisa terapung,bila
allah berkehendak untuk menenggelamkannya tentu bahtera itu akan tenggelam.
3. Sungai-sungai juga allah tundukkan,”dan telah
menunduk pula bagimu sungai-sunai”,dan batu-batu bila allah berkehendak
memancarlah air sungai di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai dari padanya dan diantaranya ada yang terbelah lalu keluarlah
mata air dari padanyan”(al-baqarah:74).
4. Allah juga menundukkan matahari dan bulan,”dan
dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus
beredar”.matahari dan bulan tersebut berputar pada porosnya,begitu juga galaksi
yang lain yang jumlahnya jutaan bahkan miliaran.jika semua itu allah tidak
tundukkan niscaya kehidupan di bumi sudah berakhir bahkan mungkin tidak ada
sama sekali,hanya sayangnya manusia selalu melalaikan hakikat ini.
5. Allah juga tundukkan siang dan malam,”dan telah
menunduk bagimu malam dan siang”.dengan adanya siang dan malam manusia bisa
menjalani hidup ini dengan seimbang,seandainya hidup ini siang saja atau malam
saja,bisa dipastikan manusia akan stress,karena manusia selalu menginginkan
perubahan,ia tidak bisa hidup di satu titik saja.
a.Teori Penciptaan Alam
Semesta
1.
Steady
state: kerapatan jagat raya adalah tetap/tidak berubah.galaksi baru yang
tercipta akan membuat jagat raya tampak sama tidak hanya dari tempat yang
berbeda tapi juga sepanjang masa.
2.
Unsteady
state(big bang):setiap galaksi bergerak saling menjauhi sehingga kerapatan
jagat raya lebih besar.Menurut kosmologi big bang system tata surya kita
terbentuk 5 milyar tahun yang lalu,bintang-bintang tertua diduga terbentuk 10
milyar tahun yang lalu.
b. Hubungan Manusia dengan Alam
Semesta
Penciptaan manusia dan alam semesta termasuk salah satu isu
sentral dalam bahasan pemikiran keagamaan. Orientasi Penciptaan alam semesta
termasuk kajian penting dalam bidang sains yang bersifat empiris. Setidaknya
ada tiga pertanyaan “besar” dalam mengkaji “Manusia dan Alam Semesta”
Pertanyaan tentang manusia:
- Apa manusia itu ?
- Bagaimana manusia itu?
- Kenapa manusia itu bertindak demikian ?
Pertanyaan tentang alam semesta (universe):
- Apa alam semesta itu ?
- Bagaimana alam semesta itu ?
- Kenapa alam semesta itu demikian ?
1. Hakikat Manusia
a. Persepsi Tentang Manusia.
Konsep manusia dalam Islam termaktub dalam alqur’an dan hadits.
Manusia diciptakan Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh. Nufhfah dijadikan darah beku, darah beku
jadi, mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut dengan daging, sehingga menjadi
makhluk lain. Dalam hadits Bukhari-Muslim mengartikulasikan bahwa ruh
dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami perkembangan 40 hari
nuthfah, 40 hari darah beku dan 40 hari mudghah.
b. Siapakah Manusia ?
Ada beberapa terminologi untuk mengungkapkan kodrat manusia :
al-Insan, an-naas, al-ins. Kata Insan
berasal dari akar kata uns artinya jinak, harmonis dan nampak). Insan yang yang
berasal dari kata nasiya, artinya lupa. Insan yang berasal dari kata nasa
artinya berguncang.
Deskripsi Al-Quran Tentang Manusia
a. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur
materi dan immateri. Unsur materi manusia seperti air, tanah, debu, tanah liat,
sari pati tanah, sari pati air yang hina, tanah hitam seperti tembikar. Dari
berbagai perspektif ayat tersebut dapat dipahami bahwa unsur materi yang
menjadi asal kejadian manusia adalah dua unsur yaitu tanah dan air.
b. Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi
dan ruhani.
c. Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan
keimanan (tauhid).
d. Manusia dibekali dengan berbagai kelebihan.
e. Manusia memiliki kelemahan-kelemahan.
c. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan fungsional antara manusia dan alam semesta adalah untuk
menciptakan sinergi bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Untuk itu, alam
semesta diciptakan Allah bukan dengan main-main dan tanpa tujuan. Karena
manusia merupakan satu sub sistem dengan alam semesta sebagai satu tujuan dan
orientasi. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan penciptaan manusia adalah untuk
beribadah. Ibadah berasal dari bahasa Arab, al-‘ibadah (yang menundukkan atau
merendahkan diri). Hakikat ‘ibadah, terkandung 2 makna : al-‘ubudiyyah Lillah
di dalam jiwa. semua aktivitas hidup manusia hanya berorientasi kepada Allah.
Alam semesta ( universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang
dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat
diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa
manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam
Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “
setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”.
Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam
semesta karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk
bertanya dan berfikir.
a. Istilah Alam dalam Al-Quran
1. Istilah alam
Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya,
universe (inggris), dalam bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam
al-qur’an datang dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang
termaktub dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran
tersebut mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Bagi kaum
teolog, mendefenisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”. Bagi filosof
Islam, alam didefenisikan sebagai “ kumpulan maddat(materi) dan shurat (bentuk)
yang ada di bumi dan di langit. Sedangkan perspektif al-qur’an alam adalah “
kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat
yang mendekati makhluk berakal.
“Al-Alamin adalah jamak dari ‘alam yakni jamak muzakkar yang
berakal. Yaitu setipa makhluk Tuhan yang berakal atau mendekati sifat-sifat
berakal; seperti alam manusia, hewan dan tumbuhan”.
Sepertinya, kriteria al-‘alamin yang dipaparkan Abduh tersebut
dapat diterima , karena memang pendidikan dan pemeliharaan Tuhan dapat di nalar
pada ‘alam yang hidup, makan dan berkembang.
2. Tujuan memahami alam
Dalam al-qur’an terdapat penjelasan tentang alam semesta dan
berbagai fenomenanya secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat. Secara umum
ayat-ayat ini memerintahkan manusia untuk memperhatikan, mempelajari dan
meneliti alam semesta. Dalam artian, al-quran bukanlah ensiklopedi kealaman.
Salah satu tujuannya secara eksplisit adalah bagaimana manusia menyadari bahwa
di balik “tirai” alam ini ada zat yang maha besar yaitu Allah SWT.
Bagi Muhammad Abduh, sebagaimana dituturkan dalam bukunya Risalah
al-Tauhid, berikut ini:
“Cobalah amati tumbuh-tumbuhan dan binatang yang lengkap kekuatan
dan kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Amati pula alam yang
tidak mempunyai panca indera seperti tumbuh-tumbuhan yang mampu menghirup
makanan yang sesuai baginya. Coba perhatikan bagaimana mungkin biji labu air
yang ditanam di samping biji semangka pada kebun yang sama, di sirami dengan
air yang sama. Akan tetapi bisa berbeda rasa yaitu pahit dan manis”.
3. Cara-cara memahami alam
Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara
memahami alam raya ini dapat dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran,
perasa, pencium dan peraba. Artinya, semua alat utama ini dapat membantu
manusia untuk melakukan pengamatan dan eksperimen. Panca indera belumlah cukup
atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi dibutuhkan lagi yaitu penalaran
atau akal. Di samping alat indera dan akal manusia, ada lagi cara lain yaitu
melalui wahyu dan ilham.
Agaknya, diagnosa A.rahman Djay dapat dibenarkan ketika ia
mengatakan bahwa : “Penyebab kemunduran umat Islam, karena orang Islam tidak
menempatkan porsi ilmu sesuai bidangnya, seperti fenomena alam tidak ditempatkan
pada bidang kajian sains dan tekhnologi.”
Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan keorisinilannya sejak
diturunkan . Kitab suci ini juga tidak dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia
ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan lekang dimakan pergeseran masa dan dapat
diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang pun, saat ilmu pengetahuan berkembang
pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab tantangan sains modern.
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern. Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis dan Immanue Kant dari Jerman.
Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Teori alam semesta ini berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat Fushillat ayat 9-12.
Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di atas, yaitu:
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern. Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis dan Immanue Kant dari Jerman.
Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Teori alam semesta ini berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat Fushillat ayat 9-12.
Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di atas, yaitu:
1.
Disebutkan bahwa antara
langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan (ratg) lalu mengalami
proses pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini, bahwa fatg dalam bahasa Arab
artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur
untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
2.
Disebutkan adanya kabut gas
(dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos.
3.
Disebutkan pula bahwa
penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, tetapi secara
bertahap.
Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos
menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam
Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya.
Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan sedikit helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar tahun yang lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat besar dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari. Sedangkan besarnya matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.
Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan sedikit helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar tahun yang lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat besar dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari. Sedangkan besarnya matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.
0 comments:
Post a Comment